Home > News

Jangan Mager, Yokkk Olahraga Cegah Gagal Jantung

Selain berolahraga, pola makan sehat dan berhenti bisa mencegah gagal jantung.
Males gerak (mager) -- Ilustrasi
Males gerak (mager) -- Ilustrasi

Di antara sejumlah upaya yang bisa Anda lakukan untuk mencegah terkena gagal jantung yakni menghindari malas bergerak, saran dokter spesialis jantung dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI), dr. Siti Elkana Nauli, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FHFA.

"Mulai aktif bergerak dan tidak berada dalam kondisi malas bergerak (mager). Pandemi Covid-19 bukan suatu penghalang untuk Anda melakukan aktivitas fisik, bisa dilakukan di dalam rumah atau di luar rumah sambil menerapkan protokol kesehatan yang baik," kata Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Gagal Jantung dan Kardiometabolik di PP PERKI itu akhir pekan lalu.

Selain itu, pola makan sehat, berhenti merokok dan berolahraga juga tak kalah penting untuk mengendalikan risiko Anda mengalami gagal jantung.

Menurut Siti, pasien yang sudah memiliki penyakit dasar seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, atau diabetes, bukan hanya harus mencapai kondisi stabil tetapi juga menjaganya.

Gagal jantung bukan suatu kondisi yang lebih ringan dari kanker dengan angka kematian akibat gagal jantung tiga kali lipat lebih tinggi. Di Indonesia, berdasarkan data dari 2.130 pasien dari 11 pusat pelayanan jantung terutama di pulau Sumatera dan Jawa diperkirakan prevalensi pasien gagal jantung mendekati lima persen, atau di atas Singapura dan Malaysia yang berada pada angka 4,5 persen.

Studi itu juga mengungkapkan jumlah penderita gagal jantung di Indonesia yakni sebesar 5 persen dari total jumlah penduduk. Pada laki-laki dan perempuan ada sedikit perbedaan pada penyebab gagal jantung.

Pada perempuan, hipertensi, diabetes menjadi penyebab utama timbulnya gagal jantung. Sementara pada laki-laki, terutama akibat kontribusi penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi dan diabetes.

"Untuk perempuan, kategori penyakit jantung koroner ini tidak banyak ditemukan. Biasanya, kecenderungannya angka mortalitas jauh lebih tinggi karena biasanya baru datang untuk mendapatkan pengobatan dalam kondisi yang sudah lebih berat," tutur Siti.

× Image