Flashback Marcus Gideon, Sempat Keluar Pelatnas, Terpuruk dan Kemudian Bangkit Lagi
Kalau ditanya siapa pemain ganda putra paling ditakuti saat ini, jawabannya pasti ada di pasangan dari Indonesia yang kerap disebut Minions yaitu Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo. Baik Marcus dan Kevin melalui proses dan perjuangannya dengan caranya masing-masing.
Kali ini Flashback Bulutangkis Republika akan membahas tentang perjalanan karir Marcus Fernaldi Gideon. Marcus merupakan anak dari seorang mantan pemain bulu tangkis, Kurniahu Gideon yang juga memiliki klub bulu tangkis. Darah bulu tangkis pun mengalir di dalam tubuh Marcus yang telah berlatih sejak kecil.
(Baca juga: Flashback Insiden Jempol ke Bawah di Laga Minions Vs Duo Mads)
Saat berada di PB Tangkas, Marcus sempat memenangkan kejuaraan di Australia pada 2009. Prestasi ini yang membuatnya dilirik Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dan kemudian dibawa ke Pelatnas pada 2010.
Di Pelatnas, Marcus dipasangkan dengan seorang pemain muda bertalenta, Agripinna Prima Rahmanto Putra. Setahun berlatih bersama, Marcus dan Agri menjuarai turnamen di Singapura pada 2011.
(Baca juga: Flashback Kisah Hijrah Mohammad Ahsan)
Pasangan ini makin moncer di tahun 2012 dengan meraih tiga turnamen yaitu di Iran, Vietnam dan Osaka, Jepang. Pasangan ini terakhir berada di peringkat 26 dunia.
Saat Indonesia akan mengirimkan wakilnya ke All England 2013, pasangan Marcus/Agri tak diturunkan. PBSI lebih memilih menurunkan pasangan ganda putra yang peringkatnya ada di bawah mereka.
Protes dengan kebijakan PBSI, Marcus pun memutuskan keluar dari Pelatnas. Setelah keluar, Marcus sempat terpuruk dan bingung menentukan arah karirnya.
Di tengah keterpurukannya tersebut, seorang legenda bulu tangkis peraih medali emas Olimpiade 2008, Markis Kido menyelamatkannya. Kido menggandeng Marcus untuk turun di sejumlah turnamen internasional pada pertengahan 2013.
Bersama Kido, Marcus menjawab ketidakadilan yang diterimanya dengan meraih gelar turnamen kelas Super Series di Prancis Terbuka 2013. Pada 2014, Marcus dan Kido juga menjuarai Indonesia Masters 2014 dengan mengalahkan pasangan muda Pelatnas, Selvanus Geh dan Kevin Sanjaya Sukamuljo yang kemudian menjadi pasangan Marcus ke depannya.
(Baca juga: Flashback Tontowi Ahmad, Sosok Lulusan Santri yang Berkibar di Olimpiade)
Memiliki peringkat yang cukup baik, Pelatnas bahkan pernah mengundang Marcus dan Kido untuk menjadi pasangan tandem untuk persiapan Tim Indonesia ke Piala Thomas. Pada akhir 2014, saat pengumuman degradasi pemain, nama Marcus pun termasuk salah satu pemain yang dipanggil Pelatnas.
Sejak di Pelatnas pada 2015, memang sudah jalannya, Marcus kemudian dipasangkan dengan Kevin. Karena pasangan Kevin sebelumnya, Selvanus Geh memiliki riwayat penyakit yang membuatnya tidak bisa bertahan di Pelatnas.
Layaknya bom waktu, aksi Marcus dan Kevin tinggal menunggu waktu untuk menggemparkan dunia. Pada 2015, pasangan ini langsung menjuarai turnamen di Cina Taipei.
Pada 2016, empat turnamen langsung dimenangkan Marcus dan Kevin yaitu di Malaysia, India, Australia dan Cina. Aksi Marcus dan Kevin di Cina Terbuka Super Series 2016, membuat mereka langsung sejajar dengan para ganda dunia top saat itu.
Dan benar saja, Marcus dan Kevin memenangkan sembilan turnamen pada 2017, di antaranya All England 2017 dan turnamen penutup tahun Final BWF Super Series 2017. Mereka juga mencatatkan diri sebagai ganda putra peringkat 1 dunia.
Aksi Marcus dan Kevin semakin tak tertahan. Pada 2018, lagi-lagi mereka meraih juara di delapan turnamen dunia, juga salah satunya mempertahankan juara di All England.
Pada 2019, juga meraih delapan juara turnamen dunia. Meski Marcus dan Kevin mengalami penurunan dan juga karena kondisi dunia sedang pandemi sejak 2020, hingga saat ini, posisi Marcus dan Kevin sebagai peringkat 1 dunia belum juga bergeser.
Dalam sebuah wawancana dengan media, masih ada target Marcus yang belum tercapai yaitu menjadi juara dunia dan meraih emas Olimpiade. Namun dengan usia yang pada Maret 2022 mendatang, Marcus sudah 31 tahun, tentu target ini bisa terganjal. Terutama para pemain muda dari Jepang, Cina dan Malaysia yang memiliki perkembangan yang baik dalam setahun terakhir.
Mari kita tetap dukung...