Memori Piala Thomas-Uber 1994 (3): Tim Thomas Denmark Diserang Diare
Ada yang menarik di luar pertandingan ketika Kejuaraan Piala Thomas dan Uber digelar di Jakarta 1994 silam. Tim Thomas Denmark harus menghadapi musuh yang lain: diare!
Tak ada keterangan resmi dari phak panitia maupun manejer tim Denmark. Ini memang temuan saya dan rekan Yoseph Suprayogi di lapangan.
Mengapa bisa-bisanya dalam kejuaraan besar ini tim Denmark sampai diserang diare? Ini “diagnosis” Manajer Tim Indonesia, Lutfi Hamid, ketika itu. Dia mengatakan, diare yang mendera tim Piala Thomas negeri itu di babak penyisian, disebabkan oleh masuk angin, bukan oleh virus dari makanan yang disediakan hotel tempat mereka menginap. Pendapat Lutfi itu didasarkan pada pengamatannya terhadap keseharian tim Denmark selama berada di Indonesia. ''Mereka tiap hari berenang, jalan-jalan, dan makan di sembarang tempat. Pasti mereka masuk angin,'' katanya yakin.
Benar atau tidak diagnosis Lutfi tak bisa dipastikan, karena dia memang bukan seorang dokter. Namun, setidaknya pengamatannya pada para pemain Denmark itu tak terlalu salah. Dari pengamatan Republika sendiri, para pemain Denmark memang kerap terlihat berenang.
Kalaupun mereka tidak berendam, biasanya suka berjemur di kursi-kursi malas yang banyak disediakan di sisi kolam hotel. ManajerTim Denmark Morten Frost-Hansen, menurut penuturan seorang wartawan, pernah dipergokinya baru pulang dari main golf.
Namun, pemain Denmark yang coba dimintai komentarnya, menyangkal bahwa sakit perut yang menimpa mereka lantaran masuk angin. Mereka tetap berpendapat bahwa sakit perut tersebut berasal dari makanan yang mereka konsumsi sejak tiba di Jakarta tiga hari menjelang kejuaraan digelar.
Anne Mette Bille, pemain ganda putri Denmark, cuma tersenyum saat dikonfirmasi masalah ini. Sambil mengernyitkan dahinya, pemain berambut pirang ini menyebutkan masalah sakit perut sebetulnya soal biasa. ''Ini mungkin karena perbedaan iklim di sini dengan di Eropa. Mungkin juga karena makanan yang kami makan tidak cocok,'' katanya.
Penolakan senada datang dari Thomas Lund, pemain ganda Tim Thomas Denmark. Ia mengatakan, soal diare tak ada hubungannya dengan aktivitas timnya di luar latihan. ''Saya sakit perut karena makanan di hotel,'' ujarnya sembari menunjuk ke bawah (ke lobi).
Tapi, Lund mengaku, ia dan teman-temannya memang suka berenang dan jalan-jalan. Kadang-kadang juga jajan di luar. ''Kami sudah biasa melakukan itu dalam tur-tur kami,'' ujarnya. Menurut Lund, dengan serangan diare ini, timnya jelas merasa terpukul. Malah, timnya sama sekali tak menyangka kalau justru dalam pertandingan sepenting ini ia dan teman-temannya terserang diare. ''Bagi tim kami, serangan diare yang menyeluruh seperti ini baru pertama kalinya terjadi,'' tegasnya.
Persoalan sakit perut yang menimpa para pemain sebetulnya bukan hal aneh lagi di Indonesia. Saya jadi teringat saat berlangsungnya kejuaran tenis khusus putri Indonesia Terbuka, Januari 1994. Hal ini juga pernah terjadi. Dan yang ditimpa musibah diare ini juga pemain-pemain asal benua Eropa dan Amerika.
Waktu itu, soal perubahan iklim dari dingin ke tropis juga diduga menjadi pangkal musibah itu. Cuma kini masalahnya, kenapa hanya pemain Denmark yang terserang diare? Bukankah ada juga tim dari daerah dingin lain macam Swedia, atau Jepang dan Cina yang juga kenal salju.