Home > Sejarah

Memori All England 1994 (Bagian 6): Sejarah Diukir, Putra Indonesia Kuasai Semifinal All England

Seluruh pemain dibiarkan bertempur dan bertanding semaksimal mungkin untuk kemenangan dirinya sendiri di semifinal.
Ilustrasi suasana All England di Birmingham, Inggris. (Foto: allenglandbadminton.com)
Ilustrasi suasana All England di Birmingham, Inggris. (Foto: allenglandbadminton.com)

Indonesia membuat sejarah baru dalam lembaran All England. Untuk kali pertama, putra-putra terbaik bangsa ini menguasai semifinal tunggal putra kejuaraan yang disebut-sebut sebagai kejuaraan dunia tidak resmi ini.

Adalah Ardy B Wiranata, Hariyanto Arbi, Alan Budikusuma, dan Hermawan Susanto yang membuat sejarah tersebut di National Indoor Arena, Birmingham, Inggris, 17 Maret 1994.

Itulah pertama dalam sejarah All England yang berlangsung sejak 1899, sebuah negara mampu menempatkan seluruh pemainnya di semifinal tunggal putra. Sebelumnya, tahun 1973, Indonesia mampu meloloskan tiga pebulu tangkisnya di semifinal. Mereka adalah Rudy Hartono (akhirnya keluar sebagai juara), Christian Hadinata, dan Tjun Tjun.

''Hasil ini cukup menggembirakan kita. Pemain-pemain mampu menunjukkan permainan terbaik mereka,'' kata Ketua Bidang Pembinaan PB PBSI, Dr Iwan Setiawan, kepada saya di pinggir arena pertandingan ketika itu.

Ardy, unggulan kedua, menjadi pemain pertama yang memastikan langkahnya ke semifinal. Sempat bermain alot, dia menghentikan mantan pemain Indonesia yang kala itu bermain atas nama Australia Fung Permadi dengan 14-18, 15-4, 15-4.

Setelah itu, Hariyanto Arbi, unggulan kedua, menyusul Ardy dengan kemenangan 15-1, 15-5, atas Rashid Sidek (Malaysia).

Serupa dengan Ardy, Hermawan Susanto juga dipaksa bermain tiga set oleh Thomas Stuer-Lauridsen (Denmark) sebelum ke semifinal. Finalis Korea Terbuka, Januari lalu ini, menang 15-12, 14-18, 15-7 atas Thomas.

Alan memastikan all Indonesian semifinal lewat kemenangannya 15-10, 15-3, atas Poul-Erik Hoyer Larsen (Denmark).

Seluruh pemain dibiarkan bertempur dan bertanding semaksimal mungkin untuk kemenangan dirinya sendiri di semifinal. Ini diungkapkan pelatih tunggal putra, Triadji, saat saya temui di kamarnya, Hotel New Cobden, Birmingham, Jumat pagi (18/03/1994).

''Saya lepas saja mereka. Biarkan mereka bertempur dengan kebolehan yang mereka miliki masing-masing,'' tambahnya.

Ditegaskan Triadji, dari Jakarta pun tak ada instruksi untuk mengatur hasil pertandingan sebagai bentuk strategi ranking misalnya. ''Pokoknya nggak ada rencana mengatur hasil pertandingan untuk tujuan apapun. Anak-anak kita biarkan bertanding seperti biasanya,'' ujar pelatih terbaik tahun 1993 pilihan SIWO PWI Jaya ini.

Hariyanto Arbi. (Dok. Pribadi)
Hariyanto Arbi. (Dok. Pribadi)

Sukses kubu Indonesia Kamis malam waktu setempat (Jumat dinihari WIB) itu berlanjut di ganda putra. Indonesia menempatkan tiga pasangannya di semifinal yang berlangsung Jumat malam (Sabtu dinihari WIB).

Ketiganya adalah Bambang Supriyanto/Gunawan yang akan bertemu dengan Deny Kantono/Antonius, serta Ricky Subagdja/Rexy Mainaky yang ditantang pemain Malaysia Ceah Soon Kit/So Beng Kiang.

Di tunggal putri, tinggal Susy Susanti yang masih bertahan hingga semifinal. Yuni Kartika, yang juga lolos ke perempat final, akhirnya tumbang di tangan Ye Zhaoying (Cina) 11-12, 7-11.

Susy lolos ke semifinal setelah menang atas Ra Kyung Min (Korsel) 11-5, 11-2. Di semifinal, Susy menghadapi Bang So Hyun (Korsel). Sedangkan, Zhaoying melawan Camila Martin (Denmark).

Bagi Susy, jalannya untuk merebut gelar keempat All England kian dekat.Tiga gelar sebelumnya, ia rebut di Wembley Arena, London, masing-masing tahun 1990, 1991, dan 1993. ''Tentunya, saya ingin gelar keempat tersebut tahun ini,'' kata Susi kepada saya di lobi hotel New Cobden, Birmingham.

× Image